Saat Langit Berbisik – Ahmad Safarizal

Rp89,000

+ Free Shipping

Editor: Hasbunallah Haris
Pendesain Sampul: Renaldi Yonra Febriansyah
Penata Letak: Akhmad Suwistyo
Ukuran: 13,5 x 20,5 cm
Halaman: vi + 112 hal.
Penerbit: Rumahkayu Pustaka

Ketersediaan: 100 in stock

Category:

Ahmad Hidayatullah menarik napas panjang di depan pintu pondok pesantren Rahmatan Lil’alamin. Pagi itu, suasana hening, hanya terdengar sayup-sayup suara santri yang melantunkan hafalan Al-Qur’an di kejauhan. Udara dingin terasa menyesakkan, seperti beban berat yang menekan dadanya. Ijazahnya masih tertahan di pondok ini, menjadi penghalang terakhir sebelum ia bisa melanjutkan mimpinya ke Universitas Al-Azhar, Mesir.

“Hiday, bersabarlah.” Nasihat Ustadz Adnan kembali menggema dalam ingatannya. Pesan sederhana itu selalu menjadi penyemangatnya di tengah badai kehidupan. Namun, Hiday tahu bersabar tidaklah mudah, terutama saat keadaan seolah-olah tak berpihak.

Sejak kecil, Hiday terbiasa hidup dalam keterbatasan. Saat ini Ayahnya hanya seorang pedagang warung kecil, dan ibunya membantu sekadarnya. Mimpi besar seperti menuntut ilmu ke Al-Azhar seringkali terasa mustahil. Tapi Hiday bukan pemuda yang mudah menyerah. Dengan kerja keras dan dukungan dari para gurunya, ia berhasil melewati seleksi demi seleksi untuk menempuh studi di Mesir.

Namun, ujian terbesar datang dari hal yang tak pernah ia duga: ijazah. Biaya hidup yang pas-pasan membuat keluarganya tak mampu menebus ijazahnya di pondok. Tanpa ijazah itu, semua usahanya akan sia-sia.
Hiday menatap langit kelabu di atas pondok. “Ya Allah,” doanya lirih, “jika Engkau telah mengizinkanku bermimpi sejauh ini, tolong bukakan jalannya.” Air matanya nyaris jatuh, namun ia segera menghapusnya. Sebagai seorang guru di SD IT At-Taqwa dan pengajar Al-Qur’an di kampungnya, Hiday selalu terlihat tegar di mata orang lain. Tapi di balik senyumnya, hanya Allah yang tahu betapa berat beban yang ia pikul.
Hari itu, ia berjalan pelan keluar dari gerbang pondok. Jalanan lengang, hanya sesekali dilalui motor. Hiday melangkah menuju masjid terdekat untuk menenangkan pikirannya. Di sela-sela perjalanan, ia mengingat sosok Lailah Hilwa, tunangannya yang sedang menempuh semester tiga di UIN Imam Bonjol Padang. Lailah adalah salah satu alasan Hiday tetap bertahan. Dukungan dan doa dari orang tua dan Lailah membuat Hiday merasa tidak sendirian dalam perjuangan ini.

Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Hiday merasa takut. Bagaimana jika ia gagal? Bagaimana jika semua ini hanya berakhir menjadi mimpi yang tak pernah terwujud? Hiday berhenti sejenak di tepi jalan, memandangi langit yang perlahan berubah cerah.

“Langit tidak pernah diam,” pikirnya. “Ia selalu berbicara kepada mereka yang mau mendengar.”
Hiday menghela napas, lalu melanjutkan langkahnya. Ia tahu, mimpinya tidak akan mudah terwujud. Tapi ia juga tahu bahwa selama ia menggantungkan harapannya kepada Allah, jalan itu akan selalu ada. Dan meski langit tak bersuara, Hiday merasa bisikannya berkata: Innallaha ma’ana—Allah bersama kita.

 

Weight 300 kg
Dimensions 21 × 14 × 2 cm

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Saat Langit Berbisik – Ahmad Safarizal”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja