Al-Khaliq sudah mengingatkan kita dari awal agar berusaha memahami makna kehidupanmu. Ayat Al-quran pertama yang diwahyukan bunyinya “Iqra”, artinya “Bacalah”. Jika kau bertanya; “Apa yang harus dibaca”. “Ya, … tentu saja semua sendi kehidupanmu. Segmentasi dan liku-likunya harus dipelajari dengan cermat dan cerdas. Sementara itu Sang Maha Penyayangpun telah memberikan hidayah sejak kelakhiranmu. Hidayah umum berupa keunggulan-keungguulan yang diberikan oleh Tuhan agar kau memiliki kemampuan untuk meraih kehidupan terbaiknya, seperti raga atau badan kita, panca indra, kecerdasan, ilmu dan akal. Lalu diberinya hidayah khusus saat kau terjerumus ke jalan sesat, menyimpang kearah yang salah. Tuhanpun mengingatkanmu agar segera kembali ke jalur yang benar, menuju arah dimana cita-cita mulia digantungkan.
Seorang anak sejak kecil diarahkan dan diberi pembelajaran untuk memahami apa sesungguhnya kehidupan ini, mengerti apa itu hidayah dan apa arti hidayah bagi kehidupannya. Dalam Bahasa ilmiah sering kita dengar istilah kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Lalu berbagai pembinaan diberikan baik melalui program Pendidikan formal maupun non forma, serta bimbingan didalam keluarga. Namun demikian masih saja banyak orang yang harus ditempa beban resiko kesalahan yang diperbuatnya sendiri. “Mengapa manusia berbuat salah” Karena sebagai mahluk individu manusia diberinya nafsu atau hasrat dan tidak semua orang bisa mengendalikan nafsu dengan baik. Menciptakan inspirasi negative yang mengalahkan inspirasi positip, membangun konsep atau cara pandang seseorang pada portal-portal yang menyimpang dan mendominasi nilai-nilai kebijakan menjadi keliru. Demikian pula pada fungsinya sebagai mahluk sosial, dimana alam dan lingkungan akan memberikan pengaruh-pengaruh tertentu. Sementara resistensi seseorang terhadap pengaruh lingkungan berbeda satu sama lain, ada yang kuat tetapi juga yang tidak terlalu kuat hingga lemah. Dengan demikia fungsi referentif sangat diperlukan oleh sp insan dalam rangka memperkuat kepercayaan dirinya melangkah menuju jalan terbaik.
Paradigma ini melatarbelakangi penulis untuk menyusun buku “Jalan Terbaik”. Buku ini berisi kelajiman konsep dan konstruksi prilaku yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih keberhasilan. “Keberhasilan yang bagaimana?”. Tentu saja setiap orang berbeda pandangan tentang keberhasilan. Tetapi yang paling hakiki adalah kehidupan yang lebih baik. Diera revolusi digital asumsi keberhasilan ini lebih simple dan terbuka, dapat diraih kapan saja serta oleh siapapun.
Reviews
There are no reviews yet.