Ada banyak cara pengungkapan rasa. Tergantung pada yang merasakannya. Serta sedalam apa rasa itu terpateri di jiwa.
Bila rasa itu adalah cinta, maka sebesar-besar cinta itu hanya Dia saja yang ada–Yang Maha Ada–melenyapkan hal-hal yang ada kemudian.
Sebab yang kemudian adalah fana, Dia lah yang kekal abadi.
Namun, acapkali kita terkungkung pada cinta yang dangkal. Mengabaikan cinta yang hakiki, pada Dia.
Dalam kompleksitas mencintai–hal mana merupakan fitur-fitur yang diciptakan-Nya, mungkin sebagai ujian buat manusia mengarungi dunia–Jack dan Luna dihadapkan pada peperangan dengan diri sendiri: Mencintai dalam cinta-Nya, atau menuhankan diri sendiri dan merayakannya untuk kesenangan sesaat?
Apalagi yang melebihi Dia? Bahkan ketidakpastian (uncertainty) dan kesulitan memprediksi hasil, keadaan yang dapat memiliki beberapa nilai sekaligus (superposisi), keterkaitan hubungan antar-partikel yang saling mempengaruhi (entanglement) dan fluktuasi kuantum dimana terjadi perubahan cepat dan tidak terduga adalah cara Dia menunjukkan bahwa tak ada yang bisa menduga, apalagi memastikan masa selanjutnya. Maka, la fiiela ilallah. Hanya Dia lah yang berbuat, makhluk hanyalah bagian dari sistem besar–sebuah tatanan yang takkan pernah bisa kita jangkau dengan logika, kecuali dengan rasa semata.
Dan akhirnya, Jack & Luna menautkan hati, setelah bertarung menjaga secara hati-hati, supaya tak mengotori air yang akan diminum jua nanti.
Hingga, di Padang Aro lah mereka mengarungi lautan asmara. Mengakhiri kisah yang dirangkum dalam novel trilogi ini.
Begitulah, sesuai yang aku janjikan, buku ketiga ini; Hati-Hati Jack & Luna, selesai setelah duapuluh delapan hari mengetiknya. Di tengah-tengah berbagai kesibukan yang wajib, rupanya kisah ini serupa energi kuantum yang menggenjot partikel-partikel jiwa buat menyudahkan bengkalai.
Meskipun di ujung bengkalai, rupanya membuat bengkalai berikutnya–begitulah dunia bekerja dari bengkalai ke bengkalai.
Dan dalam menjalani dari bengkalai ke bengkalai ini, mustahil akan sampai di ujung, tanpa dukungan keluarga besar, dan doa ibunda zuriah nazir–dalam rentan dan terletak di dipan lantaran sakit, beliau masih bisa tersenyum dan mengangguk saat aku memohon doa. Semoga Allah memberi kesembuhan buatmu, ibu.
Terima kasih pula buat para pihak yang berkontribusi; dondit, pakeko, pende, desy dan genk CTA. Juga keluarga besar Bappeda Solok Selatan, jajaran Asisten Ekbang Setdakab Solok Selatan dan Dinas Perpustakaan & Kearsipan Solok Selatan.
Alhamdulillah. Hanya Dia yang berbuat. Aku, anda dan kita hanya menjalani.
TE
Reviews
There are no reviews yet.